Senin, 10 Mei 2010

Muna Dan Tradisi Yang Lenyap

. Senin, 10 Mei 2010

Dulu aku masi bisa merasakan pesona budaya andalan kabupatenku...
terutam atraksi adu kuda (dopogiragho adhara) yang di selenggarakan di sitiap perayaan kemerdekaan bangsa ini atau pun saat-saat tertentu dalam mereyakan upacara adat lainya. namun seiring dengan perkembangan zaman, lambat laun kebiasaan itu hilang, musnah di telan sang zaman.

Akankah aku harus kembali memutar-mutar sejarah, atau kah aku harus menyewa vcd rental (memang ada) untuk kembali menyaksikan kenangan itu. Tatetapi itu semua tak cukup untuk mengobati rasa rindu ini dan aku pun hanya bisa berexprsi dalam dunia fatamorgana yang mebawaku kemasa itu.

Aku termenung di tengah peradaban ini sambil berusaha menjawab tanya yang ada dalam kalbu, "kenapa bisa suatu daerah dengan begitu gampangnya melupakan satu kebiasaan yang merupakan sebuah simbolis yang mampu mengangkat harkat dan martabat daerah itu sendiri" tidak hanya itu, bisa di bayangkan kalau seandainya sekali lagi KALAU SEANDAINYA atrakasi adu kuda (dopogiragho adhara) tersebut di pertontonkan pada khalayak di masa sekarang, bagi aku pribadi merupakan suatu tontonan menarik di bandingkan dengan film film moderen yang di sajikan di sebuah gedung mewah (bioskop) dan tidak tau dengan anda.

Mungkin hanya aku yang bermimpi dan tertarik menyaksikan tradisi kalasik kampungan mana kala tradisi tersebut di ulas kembali dalam kehidupan yang sekarang, tapi menurutku tradisi tersebuat bukan suatu hal yang tabu jika di selenggarakan dan mampu di pertahankan sampai pada saatnya nanti tak satupun insan dunia ini yang mau menyaksikanya.

Apakah aku salah kalau seandainya menginginkan hal itu, ataukah hanya asumsiku yang kelapau batas sehingga tak mampu bercermin dan tersadar bahwa sekarang adalah zaman modern. tapi apa kah salah kalau seandainya di kehidupan kita yang serba moderen di selingi dengan kenangan-kenangan masalalu yang dahsyat yang mencerminkan kekuasaan dan kehormatan bagi kabupaten kita karena atraksi adu kuda tersebut mempunya makna yang begitu dalam dimana HAK DAN TANGGUNG JAWAB adalah segala-galanya meskipun nantinya harus berkorban nyawa. Namun filosofi ini juga lambat laun akan juga hilang terkikis oleh sang waktu.

Aku masi berharap semoga saja tradisi tersebut tidak akan hilang meskipun 1000 tahun lagi dan filosifinya pun tetap menjadi pegangan bagi seluruh elemen masyarakat yang ada di kabupaten muna, karena ini yang terpenting untuk kesejahteraan masyarakat muna, juga menyambut esok yang lebih baik.

Hak dan Tanggung Jawab Adalah Segala-galanya.
Meskipun Nanti Harus Bekorban Nyawa.
Karena Aku Tau.
Satu Keburukan Yang terjadi
Nantinya akan merusak seluruh Tatanan yang ada.

Meskipun ego terkadang menghampiri,
tapi baktiku selalu menguasaiku
dan aku pun yakin
Masyarakat muna membutuhkan kesejahteraan

2 komentar:

jo jabal mengatakan...

saya rasa budaya ini sudah lambat laun ditinggalkan. Jadi ada satu pihak yang harus membangkitakan lagi budaya kita yang hampir lenyapa oleh perkembangan waktu. . . . .*. . . . . . . . . . . . . . .ah biar nda bagus tapi belajar sedikit berkomentar. . . . .

Fianda Briliyandi mengatakan...

Mantap
Kunjungi ittelkom-sby.ac.id

 
Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com